PESANGGRAHAN PAKUALAMAN GLAGAH
by : KKN-PPM UGM Teman Temon
Pesanggrahan Pakualaman merupakan salah satu dari bangunan tinggalan budaya yang terdapat di Kalurahan Glagah. Warisan budaya ini terletak di wilayah Padukuhan Kretek, Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Bangunan ini berada di jalan raya, dan cukup dekat dengan jalur mengarah ke Pantai Glagah. Seperti namanya, fungsi utama bangunan ini adalah sebagai tempat peristirahatan Adipati Paku Alam di kawasan pantai selatan. Lalu, pesanggrahan ini ditambah fungsinya sebagai salah satu titik upacara labuhan (pelarungan uba rampe ke laut).
Bangunan ini menempati lahan seluas sekitar 1 Ha. Kompleks tinggalan ini terdiri atas bangunan utama di sisi utara dan bangunan penunjang di sisi selatan. Bangunan utama yang ada bergaya arsitektur Indis dengan atap limasan pacul gowang, berdenah segi empat, dengan ukuran 835 x 1235 cm. Sejauh pengmatan, bangunan utama ini tidak dihuni setiap saat. Lalu, di sebelah timur bangunan utama, terdapat sebuah prasasti yang diberi atap peneduh. Prasasti ini beraksarakan Jawa Baru. Cukup disayangkan, karena kondisinya yang sudah cukup aus, prasasti ini tidak bisa dibaca.
Pada awalnya, Pesanggrahan Pakualaman Glagah dibangun oleh Paku Alam V (1878-1900) dalam bentuk joglo. Lalu, pada masa pemerintahan Paku Alam VI (1900-1902) dan Paku Alam VII (1906-1937), kompleks ini diberi tambahan bangunan dan fungsi. Bangunan yang ada sekarang merupakan hasil renovasi pada tahun 1957.
Bangunan tinggalan budaya ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan perkembangan Kalurahan Glagah. Pada tahun 1888, Paku Alam V menyusuri daerah rawa di selatan dari Astana Girigondo (kompleks pemakaman adipati-adipati Pakualaman dan kerabat-kerabatnya). Dari penyusuran itu, Paku Alam V menemukan daerah kademangan yang dipenuhi tanaman gelagah. Dari situlah nama Glagah muncul. Oleh Paku Alam V, kademangan itu diubah menjadi kalurahan. Kemudian, Paku Alam V berinisiatif untuk membangun saluran air hingga Laut Selatan, untuk membuat daerah rawa-rawa yang ada menjadi subur sehingga dapat dijadikan persawahan. Pesanggrahan Pakualaman Glagah inilah yang dibangun sebagai tempat istirahat sang adipati dalam proses pembangunan saluran air.
Seperti yang telah disebutkan, bahwa selain menjadi tempat peristirahatan, Pesanggrahan Pakualaman Glagah juga menjadi titik dari upacara adat labuhan Pura Pakualaman. Acara adat ini berupa pelarungan uba rampe yang diantaranya meliputi padi dan tanaman palawija, beserta pakaian dari Adipati Paku Alam dan putranya, lalu potongan rambut dan kukunya. Biasanya, upacara ini dilaksanakan pada tiap tanggal 10 Sura dalam penanggalan Jawa. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengharapan akan kesejahteraan.
Karena nilai sejarah dan pembelajaran di balik Pesanggrahan Pakualaman Glagah yang sangat penting, oleh bupati Kulon Progo bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan SK Bupati Nomor 421/A/2019, pada tanggal 12 Desember 2019. Penetapan ini merupakan langkah yang tepat. Masyarakat dan pemerintah memang perlu menjaga kelestarian budaya yang ada, baik yang bersifat bendawi maupun nonbendawi, dari Pesanggrahan Pakualaman Glagah ini, karena berkaitan dengan sejarah terbentuknya wilayah dan identitas Kalurahan Glagah, maupun Kabupaten Kulon Progo.
REFERENSI
Balai Pelestarian Cagar Budaya D.I. Yogyakarta. (2019). Pesanggrahan Glagah. Diakses pada 5 Juli 2023, di http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/pesanggrahan-glagah-2/
Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo. (2020). Meninjau Cagar Budaya Pesanggrahan Pakualaman & Pendhopo Labuhan. Diakses pada 6 Juli 2023, di https://disbud.kulonprogokab.go.id/detil/293/meninjau-cagar-budaya-pesanggrahan-pakualaman-pendhopo-labuhan
Jogjacagar. (tanpa tahun). Pesanggrahan Pakualaman Glagah. Diakses pada 6 Juli 2023, di https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/2607/pesanggrahan-pakualaman-glagah
Triangga, Panuju. (2017). Puro Pakualaman Gelar Labuhan di Pantai Glagah. Diakses pada 7 Juli 2023, di https://www.suaramerdeka.com/jawa-tengah/pr-0425691/puro-pakualaman-gelar-labuhan-di-pantai-glagah